ASUHAN KEBIDANAN KEGAWAT DARURATAN
IBU DENGAN IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
Di susun Oleh:
Erna Susilowati (13.01.0208)
AKADEMI KEBIDANAN DHARMA PRAJA
BONDOWOSO
TAHUN 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kehidupan
manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil
telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan
kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi
yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai
konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik
tentang dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah
banyak didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi
yang masa kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat
paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan
berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya
tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan asupan
kalori, protein dan zat gizi essential lainnya.
Kematian
bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death) dapat dikarenakan berbagai hal
seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah
tinggi ibu yang mengandung. Kematian
janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara
teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa
ditanggulangi sedini mungkin.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang
kelainan dalam lamanya kehamilan IUFD.
1.2.2 Tujuan
Khusus
a. Mengetahui
pengertian IUFD
b.
Mengetahui etiologi IUFD
c.
Mengetahui patofisiologi IUFD
d.
Mengetahui manifestasi klinis IUFD
e.
Mengetahui Klasifikasi IUFD
f.
Mengetahui factor resiko IUFD
g.
Mengetahui tanda gejala IUFD
h. Mengetahui
komplikasi IUFD
i. Mengetahui
diagnose dan diagnose pembanding dari IUFD
j. Mengetahui
penilaian klinik
k. Mengetahui
Penatalaksanaan
l.
Mengetahui jenis-jenis persalinan untuk IUFD
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Apakah pengertian IUFD?
1.3.2 Apa saja etiologi IUFD?
1.3.3 Apa patofisiologi IUFD?
1.3.4 Apa manifestasi klinis IUFD?
1.3.5 Apa Klasifikasi IUFD?
1.3.6 Apa factor resiko IUFD?
1.3.7 Apa
tanda gejala IUFD
1.3.8 Apa
komplikasi IUFD?
1.3.9 Apa diagnose dan
diagnose pembanding dari IUFD?
1.3.10 Apa penilaian
klinikdari IUFD?
1.3.11 Bagaimana Penatalaksanaan dari IUFD?
1.3.12 Apa jenis-jenis
persalinan untuk IUFD?
1.4 Manfaat
Penulisan
1.4.1 Manfaat teoritis
1.
Sebagaipengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya ilmu
kebidanan.
2.
Manfaat praktis
a.
Bagi institusi
Diharapkan
dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa
b.
Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dengan topik kehamilan disertai penyakit
pada wanita hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
IUFD adalah keadaan tidak adanya
tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari
20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998).
IUFD adalah kematian hasil konsepsi
sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya
kehamilan (Sarwono, 2005).
Intra Uterine Fetal death ( IUFD)
adalah terjadinya kematian janin ketika masih berada dalam rahim yang beratnya
500 gram dan atau usia kehamilan 20 minggu atau lebih.
IUFD atau stilbirth adalah kelahiran
hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu
(atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr). IUFD Adalah keadaan
tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam
kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), Kematian janin dapat
terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang
sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed
abortion. Sesudah 20 minggu biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 mingguØ dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat
disangka terjadi kematian dalam rahim.
2.2 Etiologi
Penyebab IUFD antara lain:
1.
Faktor plasenta
a.
Insufisiensi plasenta
b.
Infark plasenta
c.
Solusio plasenta
d.
Plasenta previa
2.
Faktor ibu
a.
Diabetes mellitus
b.
Preeklampsi dan eklampsi
c.
Nefritis kronis
d.
Polihidramnion dan
oligohidramnion
e.
Shipilis
f.
Penyakit jantung
g.
Hipertensi
h.
Penyakit paru atau TBC
i.
Inkompatability rhesus
j.
AIDS
3.
Faktor intrapartum
a.
Perdarahan antepartum
b.
Partus lama
c.
Anastesi
d.
Partus macet
e.
Persalinan presipitatus
f.
Persalinan sungsang
g.
Obat-obatan
4. Faktor janin
a.
Prematuritas
b.
Postmaturitas
c.
Kelainan bawaan
d.
Perdarahan otak
5. Faktor tali pusat
a.
Prolapsus tali pusat
b.
Lilitan tali pusat
c.
Vassa praevia
d.
Tali pusat pendek
Kecuali
itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di kandungan,
diantaranya:
1.
Ketidakcocokan rhesus darah ibu
dengan janin
Akan
timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus
positif. Sehingga anak akan mengikuti yang dominan, menjadi rhesus positif.
Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus. Ketidakcocokan
ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi hidrops
fetalis (reaksi imunologis yang
menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut
akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan
kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung, dan
lain-lain)
2. Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.
Terutama
pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi antara golongan darah anak
A atau B dengan ibu bergolongan O atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih
dalam kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila
darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat
antibodinya.
3. Gerakan janin berlebihan
Gerakan
bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu
arah saja. karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali
pusat yang menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir,
maka pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat.
4. Berbagai penyakit pada
ibu hamil
Salah
satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu
dilakukan cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
5. Kelainan kromosom
Bisa
disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. Kematian
janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, yaitu dari
otopsi bayi.
6. Trauma saat hamil
Trauma
bisa mengakibatkan terjadi solusio plasenta. Trauma terjadi, misalnya, karena
benturan pada perut, karena kecelakaan atau pemukulan. Benturan ini bisa
mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta.
7. Infeksi
materna
Ibu
hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri
maupun virus. Demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin mati.
8. Kelainan bawaan bayi
Kelainan
bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa mengakibatkan kematian di
kandungan.
2.3
Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor
antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi
berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan
janin. Serta anemia,
karena anemia disebabkan kekurangan FE maka dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja
organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin.
2.4 Manifestasi Klinis
·
DJJ tidak terdengar
·
Uterus tidak membesar, fundus
uteri turun
·
Pergerakan anak tidak teraba
lagi
·
Palpasi anak tidak jelas
·
Reaksi biologis menjadi
negative, setelah anak mati kurang lebih 10 hari
·
Pada rongen dapat dilihat
adanya
a.
tulang-tulang tengkorak tutup
menutupi
b.
tulang punggung janin sangat
melengkung
c.
hiperekstensi kepala tulang
leher janin
d.
ada gelembung-gelembung gas
pada badan janin
e.
bila janin yang mati tertahan 5
minggu atau lebih, kemungkinan Hypofibrinogenemia 25%.
2.5
Klasifikasi
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
a. golongan
I : kematian sebelum masa kehamilan
mencapai 20 minggu penuh
b. golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
c. golongan
III :
kematian sesudah masa kehamilan > 28
minggu (late fetal death)
d. golongan IV : kematian yang tidak
dapat digolongkan pada ketiga golongan
diatas.
2.6
Faktor Resiko
·
Status sosial ekonomi rendah
·
Tingkat pendidikan Ibu yang
rendah
·
Usia Ibu > 30 tahun atau
< 20 tahun
·
Partus pertama dan partus
kelima atau lebih
·
Kehamilan tanpa pengawasan
antenatal
·
Kehamilan tenpa riwayat
pengawasan kesehatan Ibu yang inadekuat
·
Riwayat kehamilan dengan
komplikasi medic atau Obstetrik.
·
Factor ibu (High Risk Mothers)
a.
tinggi dan BB ibu tidak
proporsional
b.
kehamilan di luar perkawinan
c.
ganggguan gizi dan anemia dalam
kehamilan
d.
ibu dengan riwayat kehamilan /
persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
e.
riwayat inkompatibilitas darah
janin dan ibu
·
factor Bayi (High Risk Infants)
a.
bayi dengan infeksi antepartum
dan kelainan congenital
b.
bayi dengan diagnosa IUGR Intra
Uterine Growth
c.
bayi dalam keluarga yang
mempunyai problema social
·
Factor yang berhubungan dengan kehamilan
a.
abrupsio plasenta
b.
plasenta previa
c.
pre eklamsi / eklamsi
d.
polihidramnion
e.
inkompatibilitas golongan darah
f.
kehamilan lama
g.
kehamilan ganda
h.
infeksi
i.
diabetes
j.
genitourinaria
2.7 Tanda dan gejala
Terhentinya pertumbuhan uterus, atau penurunan TFU
1.
Terhentinya pergerakan janin
2.
Terhentinya denyut jantung
janin
3.
Penurunan atau terhentinya
peningkatan berat badan ibu.
4.
Perut tidak membesar tapi
mengecil dan terasa dingin
2.8 Komplikasi
1.
Trauma emosional yg cukup berat
terjadi bila wktu antara kematian janin & persalinan
cukup lama
2.
Dapat terjadi
infeksi bila ketuban pecah
3.
Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari 2minggu.
4.
Kematian
janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak memvbahayakan ibu. Setelah
lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia)
akan lebih besar. Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi
rusak menghasilkan tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan
intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit
terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated intravascular
coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100 mg%).
Kadar normal fibrinogen pada wanita
hamil adalah 300-700 mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi
hemoragik postpartum. Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin
mati.
2.9 Diagnosa Dan Diagnosa
Banding
1.
Anamnesis
Ibu tidak merasakan
gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu
merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan
tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering
menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak terlihat
gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang
kurus
3. Palpasi
Tinggi fundus > rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak
teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya
krepitasi pada tulang kepala janin.
- Auskultasi
Baik memamakai setetoskop
monoral maupun dengan Deptone tidak
terdengar terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi
kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
- Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas
dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang
janin.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
2.10Penilaian Klinik
1.
Pertumbuhan janin (-), bahkan janin mengecil sehingga TFU
menurun.
2.
Bunyi DJJ tidak terdengar
dengan stetoskop dan pastikan dengan Doppler.
3.
Tulang kepala kolaps.
4.
USG : untuk memastikan kematian
janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda kehidupan.
5.
Pemeriksaan HCG urin menjadi
negatif.
2.11
Penatalaksanaan
Kematian janin dapat terjadi akibat
gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau kelainan bawaan atau akibat
infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati.
v Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin
setelah 5 hari. Tanda-tandanya berupa overlopping tulang tengkorak, hiperfleksi
columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
v USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan
kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan,
tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban
berkurang.
v Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien.
Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh
orang terdekatnya, yakinkan bahwa kemungkinan besar.
v Pilihan cara persalian dapat secara aktif dengan induksi maupun
ekspetatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum mengambil
keputusan.
v Bila pilihan penanganan adalah ekspetatif maka tunggu persalinan
spontan hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi
tanpa komplikasi.
v Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,
lakukan penanganan aktif.
v Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu :
ü Jika servik matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
ü Jika servik belum matang, lakukan pematangan servik dengan
prostaglandin aatu kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi
karena beresiko infeksi.
ü Persalinan dengan seksio sesaria merupakan alternatif terakhir.
v Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit
menurun dan serviks belum matang
matangkann serviks dengan misoprostol :
ü Tempatkan misoprostol 25 mg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6
jam.
ü Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mg misoprostol, naikkan dosis
menjadi 50 mg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mg setiap kali dan
jangan melebihi dosis.
v
Jika ada tanda infeksi, berikan
antibiotic untuk metritis
v Jika tes pembekuan darah sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan
mudah pecah, waspada koagulopati.
v Beriakn kesempatan kepada Ibu dan keluarganya untuk melihat dan
melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
v Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya
patologi plasenta dan infeksi.
2.12
Jenis – Jenis Persalinan Untuk
Janin Mati
1.
Pertolongan persalinan dengan
perforasi kronioklasi
Perforasi
kronioklasi merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang meninggal
di dalam kandunagan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation dan
selanjutnya menarik kepala janin (dengan kranioklasi) tindakan ini dapat
dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan
kepala. Dngan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke
tempat yang lebih baik, maka tindakan proferasi dan kraioklasi sudah jarang
dilakukan. Bahaya tindakan proferasi dan kraniioklasi adalah perdarahan infeki,
trauma jalan lahir dan yang paling berat ruptira uteri( pecah robeknya jalan lahir).
2.
Pertolongan persalinan dengn
dekapitasi
Letak
lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir normal
pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan kematian
janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio
sesaria kecuali pada keadaan khusus seperti plasenta previa totalis, kesempitan
panggul absolute. Perslinan di lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan
memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat di lahirkan.
3.
Pertolongan persalinan dengan
eviserasi
Eviserasi
adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan paru
(dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi
adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk
memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi
dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang baik, situasi
kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar atau
seksio sesaria.
4.
Pertolongan persalinan dengan
kleidotomi
Kleidotomi
adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume bahu
mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada
anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak yang besar.
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”P” G1 P00000 UK 28 MINGGU T/IUFD
INPARTU KALA I FASE AKTIF DILATASI MAKSIMAL
DENGAN IUFD
Tempat Pengkajian : RSUD Drs. Harjono Ponorogo
Tanggal / Waktu Pengkajian : 05 Maret 2012 / 08.00 WIB
Pengkaji : Dewi Setyawati
Fa’ikatul Hikmah
Ouut Vita Ayu Anita
I. PENGUMPULAN DATA
A.
Data Subyektif
1.
Biodata
Ibu Suami
Nama : Ny. “P” Nama : Tn. “Y”
Usia : 20 tahun Usia : 27
tahun
Agama : Islam Agama :
Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :
Wiraswasta
Alamat : Jetis, Ponorogo
2.
Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 7 bulan, dan mengeluh gerakan
janinnya tidak dirasakan lagi sejak 3 hari
yang lalu. Ibu mengatakan terasa kenceng-kenceng pada perutnya.
3.
Riwayat Kesehatan
Sekarang
Ibu mengatakan hamil anak pertama dengan usia kehamilan 7
bulan. Saat ini tidak sedang menderita
penyakit yang mengganggu
kehamilannya, seperti penyakit kencing manis, darah tinggi, batuk darah,
penyakit kuning, jantung, ginjal,
asma serta penyakit menular seksual.
Dan ibu tidak mempunyai alergi terhadap obat tertentu
4.
Riwayat Kesehatan
Dahulu
Ibu mengatakan
sebelumnya tidak pernah menderita penyakit yang mengganggu kehamilannya seperti
penyakit kencing manis, darah tinggi, batuk darah, penyakit kuning, jantung, ginjal, asma serta penyakit
menular seksual.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarganya maupun suami tidak ada yang menderita
penyakit kencing manis, darah tinggi, batuk
darah, penyakit kuning, jantung, ginjal,
asma serta penyakit menular seksual. Dan ibu juga
mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak
mempunyai riwayat keturunan kembar.
6.
Riwayat Menstruasi
Haid pertama
(menarche) : 12 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 6-7 hari
Banyaknya : 2-3 kali
ganti pembalut per hari.
Warna :
Merah tua dan encer
Keputihan : Tidak ada
Nyeri
haid :
Hari pertama menstruasi
HPHT : 17 Agustus 2011
7.
Riwayat Obstetri
Kehamilan
|
Persalinan
|
Anak
|
Nifas
|
Laktasi
|
|||||||||||
Ke
|
UK
|
Komp
|
Jenis Persln
|
Temp Persln
|
Penolong
|
Komp
|
JK
|
PB/ BB
|
H/M
|
T/G
|
Usia
|
Lama
|
Komp
|
Lama
|
Komp
|
|
Hamil
Saat Ini
|
||||||||||||||
8.
Riwayat Kehamilan
Sekarang
TM
|
Keluhan
|
TempatPeriksa
|
Fre-kuensi
|
Peme- riksa
|
Konseling
|
Terapi
|
I
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
II
|
Tidak ada keluhan
|
BPS
|
1x
|
Bidan
|
Gizi ibu hamil, istirahat cukup
|
Fe+vit C+kalk
|
III
|
Gerakan janin berkurang
|
BPS
|
1x
|
Bidan
|
Di rujuk ke dokter
|
_
|
9.
Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah menikah sampai saat ini tidak pernah menggunakan KB
apapun karena menginginkan kehamilan. Ibu mengatakan setelah kelahiran bayinya ingin menggunakan KB suntik 3 bulan.
10. Riwayat Perkawinan
Usia pertama menikah : 19 tahun
Lama menikah : 1 tahun
Status menikah :
Menikah dan merupakan istri pertama dari 1 kali pernikahan.
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari
No.
|
Kebiasaan Sehari-hari
|
Saat Hamil
|
Saat Inpartu
|
1.
|
Nutrisi
− Jenis makanan
− Pola makan
− Nafsu makan
− Porsi Makan
− Minum
− Pantangan makanan
− Alergi makanan
|
Nasi, sayur, lauk
− 3x/hari
− Baik
− Banyak
± 8 gelas air putih, dan 1 gelas susu rutin
tiap hari
Tidak ada
Tidak ada
|
−
− Roti
−
− 1x
− Cukup
− Cukup
1 gelas teh manis
Tidak ada
Tidak ada
|
2.
|
Eliminasi
− BAK
− Warna
− Bau
− Volume
− Konsistensi
− BAB
− Warna
− Bau
− konsistensi
|
−
− 8 kali/ hari
Kuning
Amoniak
Sedang
Cair
1x/ hari
Kuning
Khas
Lunak
|
−
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
3.
|
Istirahat
− Siang
− Malam
|
−
− 2 jam/hari
− 7-8 jam/hari
|
−
− -
− -
|
4.
|
Personal Hygiene
− Mandi
− Gosok gigi
− Keramas
− Ganti CD
− Potong kuku
− Tempat mandi+BAB
|
−
− 2x/hari
− 3x/hari
− 1x/hari
− 3x/hari
− 1x/minggu
− Kamar mandi
|
−
− -
− -
− -
− -
− -
− -
|
5.
|
Pola Seksual
|
− 1x/minggu.
|
− -
|
6.
|
Kebiasaan
− Miras
− Merokok
− Jamu
|
− Tidak
− Tidak
− Tidak
|
−
− Tidak
− Tidak
− Tidak
|
12. Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan berkomunikasi menggunakan bahasa jawa
dengan suami, keluarga dan tetangga sekitar baik. Kehamilan ini sangat diinginkan oleh
ibu, suami dan keluarga karena ini merupakan kehamilan pertama. Suami bertindak sebagai pengambil
keputusan dalam keluarga dan pencari nafkah.
Tidak ada mitos yang mengganggu kehamilan.
B.
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Cukup
Kesadaran : Composmentis
BB Sebelum Hamil
: 49 kg
BB Sekarang
: 55 kg
TB : 157 cm
LILA : 25 cm
TTV : TD : 120/80 mmHg
: N : 84x/ menit
: S : 36,5 0C
: RR : 20x/ menit
HPL : 24 Mei 2012
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala :
Rambut rontok (-), kulit kepala bersih (+),warna rambut hitam (+)
Muka :Cloasma Gravidarum (-), pucat (+), odema (-), menyeringai ketika ada kontraksi, anemis
Mata :
Simetris (+/+), sklera putih (-/-), konjungtiva merah muda (+/+)
Gilut : Caries (-), bibir lembab (+), warna bibir merah muda
(-), stomatitis (-), baselack (+)
Leher :
Pembesasran kelenjar tiroid (-), pembesaran vena jugularis (-), pembesaran
kelenjar limfe (-)
Dada : simetris (+), ronchi(-), whezing (-)
Payudara :
Simetris (+/+), bersih (+/+), puting susu menonjol(+/+), bentuk menggantung (+/+), puting lecet (-/-), hiperpigmentasi areola (+/+), colostrum (-/-)
Abdomen : Pusat
datar (+), linea nigra (+), striae gravidarum (+), striae livida (+), bekas
luka operasi (-), bising usus (-)
Palpasi Leopold :
Leopold I : TFU
3 jr pusat (20cm), pada bagian fundus uteri teraba bulat, keras dan melenting (Kepala)
Leopold II :Teraba
bagian keras, datar, memanjang (punggung) disebelah kiri perut ibu (PUKI)
Leopold III :Teraba
bulat, Lunak, Kurang melenting dan
tidak bisa di goyangkan (Bokong). Bokong masuk PAP
Leopold
IV : Bokong masuk 2/5 bagian
TBJ :
(20-11) x 155
= 1395
gram
DJJ : tidak terdengar
His : 2X10’X10”
Ekstremitas Atas :
Simetris (+/+), oedema (-/-), terpasang infus NS drip
Oxytocin 20 unit pada tangan sebelah kanan dengan kecepatan 28 tpm.
Ekstremitas Bawah :
Simetris (+/+), oedema (-/-), varises (-/-), reflek patella (+/+)
Genetalia :
Vula/vagina bersih, oedema (-), varises (-), luka (-)
Pemeriksaan Dalam : Portio kaku, eff 75%, pembukaan
7cm, ketuban (+), presentasi bokong, denominator os sacrum, moulage (-), bagian kecil disamping kanan
kiri janin (-), tali pusat menumung (-), HII
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab.
Jenis
|
Hasil
|
Harga normal
|
Leukosit
|
20.000 /µl
|
N : 3500 - 10.000
|
Hemoglobin
|
11,7 mg/dl
|
N : 11,0 - 16,5
|
Hematokrit
|
32,1 %
|
N : 35,0 - 50,0
|
Trombosit
|
86.000
|
N : 150000 – 3390000
|
Protein
Urine: -
Reduksi
Urine: -
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Ds : Ibu mengatakan hamil 7 bulan, dan sudah 3 hari yang lalu gerakan
janinnya tidak dirasakan lagi.
Do : Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg
: N : 84x/ menit
: S : 36,5 0C
: RR : 20x/ menit
Muka :Cloasma Gravidarum (-), pucat (+), odema (-), menyeringai ketika ada kontraksi, anemis
Abdomen : Pusat
datar (+), linea nigra (+), striae gravidarum (+), striae livida (+), bekas
luka operasi (-), bising usus (-)
Palpasi Leopold :
Leopold I : TFU
3 jr pusat (20cm), pada bagian fundus uteri teraba bulat, keras dan melenting (Kepala)
Leopold II :Teraba
bagian keras, datar, memanjang (punggung) disebelah kiri perut ibu (PUKI)
Leopold III :Teraba
bulat, Lunak, Kurang melenting dan
tidak bisa di goyangkan (Bokong). Bokong masuk PAP
Leopold
IV : Bokong masuk 2/5 bagian
TBJ :
(20-11) x 155
= 1395
gram
DJJ : tidak terdengar
His : 2X10’X10”
Genetalia :
Vula/vagina bersih, oedema (-), varises (-), luka (-)
Pemeriksaan Dalam : Portio kaku, eff 75%, pembukaan
7cm, ketuban (+), presentasi bokong, denominator os sacrum, moulage (-), bagian kecil disamping kanan
kiri janin (-), tali pusat menumung (-), HII
Dx : Ny.”P” G1 P00000 Uk 28 Minggu T/H Inpartu Kala I Fase Aktif Dilatasi Maksimal dengan IUFD
III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
1.
Potensial terjadi infeksi
2. Potensi terjadi koagulasi
IV.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
SEGERA
Kolaborasi dengan
Dr. SpOG untuk melahirkan janin yang telah mati.
V.
INTERVENSI
1. Jelaskan keadaan dan kondisi pasen maupun janinnya
R/ persamaan persepsi antara
petugas kesehatan, pasien, dan keluarga
sehingga ibu dan keluarga dapat mengetahui kondisinya saat ini
2. Beritahu keluarga bahwa janin harus segera dilahirkan.
R/ agar tidak
menjadi toksin (racun)
ditubuh ibu.
3. Anjurkan
keluarga untuk mengambil keputusan tentang cara bayi akan dilahirkan
R/ agar bayi
dapat segera dilahirkan dengan cara yang tepat
4. Beri
dukungan mental pada ibu dan keluarga.
R/ agar ibu dan
keluarga dapat bersabar dan dapat menerima kenyataan
5. Anjurkan
pada ibu untuk menjaga kesehatan pasca tindakan melahirkan bayi dengan induksi
R/ agar
kehamilan selanjutnya dapat berjalan normal.
VI. IMPLEMENTASI
- Menjelaskan pada ibu mengenai hasil
pemeriksaan, supaya ibu mengetahui akan keadaannya, yaitu bahwa janin
dalam kandungan ibu telah meninggal yang ditandai dengan tidak adanya
gerakan janin yang dirasakan oleh ibu dan tidak tedengarnya DJJ saat
pemeriksaan berlangsung.
- Memberitahu pada ibu dan keluarga
agar segera mengambil keputusan untuk segera melahirkan janin agar
nantinya tidak mengganggu kondisi kesehatan ibu dan tidak menjadikan racun
/ toksin ditubuh ibu.
- Menganjurkan ibu
dan keluarga tentang tindakan
apa yang akan dipilih untuk melahirkan janin sesegera mungkin
- Memberi dukungan mental kepada ibu
dan keluarga agar ibu dan keluarga sabar dan dapat menerima keadaan yang
terjadi. Memberi dukungan dan pendampingan pada
ibu untuk tetap tabah dan menyerahkan segalanya pada yang lebih berkuasa,
yaitu Tuhan.
- Menganjurkan pada ibu dan suami untuk
memikirkan tentang pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan guna
mempersiapkan kehamilan yang berikutnya agar penyebab kematian bayinya
dapat diketahui dan kejadian yang sama tidak akan terulang kembali.
VII.
EVALUASI
Tanggal : 5 Maret2012
Waktu
: 08:30 WIB
S : Ibu serta keluarga
mengerti dan paham atas penjelasan yang
disampaikan
O : Ditandai dengan ibu dan
keluarga mampu menerima kenyataan bahwa bayi yang masih di dalam kandungan
telah meninggal dan menerima dilakukan tindakan medis
A : Ny.”P” G1 P00000 Uk 28 Minggu T/H Inpartu Kala I Fase Aktif Dilatasi Maksimal dengan IUFD
P :
1.
Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk penanganan lebih lanjut.
2.
Memberikan motivasi pada ibu.
3.
Anjurkan ibu untuk tenang dalam tindakan yang akan dilakukan
CATATAN PERKEMBANGAN
Kala
II
Tanggal :
5 Maret 2012
Jam :
10.00 WIB
S : Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng, keluar
cairan, ingin meneran dan rasanya ingin BAB
O : -dorongan ingin meneran
-tekanan pada anus
-perinium menonjol
-vulva membuka
- pumbukaan 10 cm
-penurunan kepala 0/5
A : G1
P00000 UK 28
minggu
inpartu kala 1 fase aktif dilatasi
maksimal dengan IUFD.
P : 1. Pasien ditidurkan dalam posisi litotomi.
2. Antiseptik vulva dan sekitarnya dengan
betadin.
3. Kandung
kemih dikosongkan dengan kateter lalu dilepaskan.
4. Operator berdiri didepan vulva dan melakukan VT, pembukaan lengkap.
5. Ketika
timbul his, ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua pangkal paha. Pada
waktu bokong membuka vulva,disuntikkan oxytocin.
6. Saat
bokong lahir, bokong dicengkram secara brach (kedua ibu jari operator sejajar
sumbu panjangdan jari-jari lain memegang punggung).
7. Pada
setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu his, pusat lahir dengan tampak
meregang. Tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.
8. Operator
melakukan hiperlordosis pada badan janin (punggung janin didekatkan ke punggung
ibu, dan perut janin didekatkan ke perut ibu). Operator melakukan gerakan ini
tanpa tarikan. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten melakukan
klisteler.
9. Dengan
gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir tali pusat, perut, bahu, lengan,
dahi, mulut, dan akhirnya seluruh kepala. Lahirnya bayi perempuan mati, dengan
berat badan 980 gr dan panjang badan 30 cm, AS 0/0 pada jam 11.30 dalam
keadaan mati.
10.
Tali pusat di klem di dua tempat, 5 cm dan 10 cm diatas perut bayi dan dipotong
ditengah-tengahnya.
Kala III
Tanggal
: 5 Maret 2012
Jam
: 10.35 WIB
S : Ibu mengatakan perutnya
terasa mules-mules.
O : - tali pusat ada di depan vulva
- ada
semburan darah di introitus vagina
- uterus
globuler atau keras
- TFU
setinggi pusat
- Bayi
lahir jam 11.30 WIB jenis kelamin perempuan BB 980 gram, PB 30cm, dalam keadaan
mati.
A
: P01000 post partum normal dengan IUFD.
P :1. Plasenta dilahirkan secara PTT
(Penegangan Tali pusat Terkendali),
berat 500 gr, diameter 20 cm, panjang 30 cm.
2. Eksplorasi
jalan lahir, serviks, vagina.
Kala IV
Tanggal
: 5 Maret 2012
Jam
: 10.50 WIB
S
: Ibu mengatakan perutnya terasa mules-mules.
O
: - plasenta lahir jam
11.40 WIB
- keadaan umum :
cukup
- kesadaran
: composmentis
-
TTV TD :
120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,5 ºC
- UC keras
- perdarahan ± 200 cc
- lochea rubra
- kandung kencing kosong
A : P01000
kala IV
1.Melanjutkan
pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
a. Setiap 15 menit pada 1
jam pertama pasca persalinan.
b. Setiap 30 menit pada 1jam
kedua pasca persalinan.
2. Mengajari ibu kontraksi yang baik
yaitu perutnya keras dan terasa mules.
Jika lembek menganjurkan ibu untuk menggosok-gosoknya.
3. Mengevaluasi dan estimasi jumlah
kehilangan darah ± 200 cc.
4. Memeriksa nadi ibu, kandung
kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam
kedua pasca persalinan.
5. Menyeka ibu dengan air DDT dan bantu ibu memakai baju bersih.
6. Memastikan ibu merasa nyaman.
7. Melengkapi partograf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar