Minggu, 07 Juni 2015

SMD oleh Dwi Fitri Romdika

2.1  Pengertian
Survei Mawas Diri  adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masyarakat kesehatan   
yang dilakukan oleh kader dan tokok masyarakat setempat dibawah bimbingan kepala Desa/Kelurahan dan petugas kesehatan (petugas Puskesmas, Bidan di Desa).
 (Depkes RI, 2007)
Survei Mawas Diri adalah  pengenalan, pengumpulan, pengkajian masalah kesehatan pekerja untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat pekerja mengenai kesehatan kerja

2.2 Tujuan Survei Mawas Diri
·      Dilaksanakannya pengumpulan data, masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku
·      Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku yang paling menonjol di masyarakat
·      Mengiventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat mendukung upaya mengatasi masalah kesehatan
·      Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka masyarakat
·      dalam pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga

2.3  Pentingnya Pelaksanaan Survei Mawas Diri (SMD)
·      Agar masyarakat menjadi sadar akan adanya masalah, karena mereka sendiri yang melakukan pengumpulan fakta & data
·      Untuk mengetahui besarnya masalah yang ada dilingkungannya sendiri
·      Untuk menggali sumber daya yang ada / dimiliki desa
·      Hasil SMD dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun pemecahan masalah yang dihadapi


2.4  Sasaran Survei Mawas Diri (SMD)
Sasaran SMD adalah semua rumah yang ada di desa/kelurahan atau menetapkan sampel rumah dilokasi tertentu (± 450 rumah) yang dapat menggambarkan kondisi masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku pada umumnya di desa/kelurahan.

2.5  Pelaksanaan Survei Mawas Diri (SMD)
·       Kader yang telah dilatih tentang apa SMD, cara pengumpulan data (menyusun daftar pertanyaan sederhana), cara pengamatan, cara pengolahan/analisa data sederhana & cara penyajian
·      Tokoh masyarakat di desa

2.6  Cara Pelaksanakan Survei Mawas Diri (SMD)
1.    Petugas Puskesmas, Bidan di desa dan kader/kelompok warga yang ditugaskan untuk melaksanakan SMD dengan kegiatan meliputi:
-        Pengenalan instrumen (daftar pertanyaan) yang akan dipergunakan dalam pengumpulan data dan informasi masalah kesehatan
-        Penentuan sasaran baik jumlah KK ataupun lokasinya
-        Penentuan cara memperoleh informasi masalah kesehatan dengan cara wawancara yang menggunakan daftar pertanyaan
2.    Pelaksana SMD
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjuk melaksanakan SMD dengan bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di desa mengumpulkan informasi masalah kesehatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
3.    Pengolahan data
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjuk mengolah data SMD dengan bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di desa, sehingga dapat diperoleh perumusan masalah kesehatan untuk selanjutnya merumuskan prioritas masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku di desa/kelurahan yang bersangkutan





2.7  Cara Melaksanakan Survei Mawas Diri (SMD)
            Pengamatan langsung degan cara:
·      Observasi partisipatif  : Melakukan koordinasi dengan pengurus RW siaga tentang rencana survei mawas diri terkait dengan tujuan, metode dan strategi pelaksanaannya
·      Berjalan bersama masyarakat mengkaji lapangan ( Transection walk)
·      Wawancara dengan kunjungan rumah , Bersama kader dasar wisma melakukan pendataan dari rumah ke rumah dengan metode tanya jawab, pengisian formulir, observasi dan pemeriksaan fisik rumah dan anggotanya
·      Wawancara mendalam secara kelompok

2.8  Langkah-Langkah Survei Mawas Diri (SMD)
1.      Persiapan
-        Menyusun daftar pertanyaan:
·         Berdasarkan prioritas masalah yang ditemui di Puskesmas & Desa (data sekunder)
·         Dipergunakan untuk memandu pengumpulan data
·         Pertanyaan harus jelas, singkat, padat & tidak bersifat mempengaruhi responden
·         Kombinasi pertanyaan terbuka, tertutup dan menjaring
·         Menampung juga harapan masyarakat
-        Menyusun lembar observasi (pengamatan)
Untuk mengobservasi rumah, halaman rumah, lingkungan sekitarnya.
-        Menentukan kriteria responden,termasuk cakupan wilayah dan jumlah KK
2.       Pelaksanaan
-        Pelaksanaan interview/wawancara terhadap Responden
-        Pengamatan terhadap rumah-tangga & lingkungan
3.      Tindak lanjut
-        Meninjau kembali pelaksanaan SMD
-        Merangkum, mengolah & menganalisis data yang telah dikumpulkan
-        Menyusun laporan SMD, sebagai bahan untuk MMD

4.      Pengolahan data
Setelah data diolah, sebaiknya disepakati:
-        Masalah yang dirasakan oleh masyarakat
-        Prioritas masalah
-        Kesediaan masyarakat untuk ikut berperan serta aktif dalam pemecahan masalah

2.9  Cara Penyajian Data Survei Mawas Diri (SMD)
Ada 3 cara penyajian data yaitu :
1.    Secara Tekstular (mempergunakan kalimat)
Adalah Penyajian data hasil penelitian menggunakan kalimat
2.    Secara Tabular (menggunakan tabel)
Merupakan Penyajian data dalam bentuk kumpulan angka yang disusun menurut kategori-kategori tertentu, dalam suatu daftar. Dalam tabel, disusun dengan cara alfabetis, geografis, menurut besarnya angka, historis, atau menurut kelas-kelas yang lazim
3.    Secara Grafikal ( menggunakan grafik)
Adalah gambar – gambar yang menunjukkan secara visual data berupa angka atau simbol – simbol yang biasanya dibuat berdasarkan dari data tabel yng telah dibuat

2.10          Contoh Kuesioner Survei Mawas Diri (SMD)
Survey Mawas Diri adalah survey yang dilakukan secara rutin untuk mengetahui permasalahan kesehatan di masyarakat.
 Informasi yang didapatkan melalui survey ini sangat berguna bagi identifikasi masalah dan masukan untuk pemecahan masalah kesehatan di masyarakat. Identitas responden akan dijaga kerahasiaannya.

Terima kasih atas kesediaan Saudara mengikuti survey mawas diri

Asuhan Kebidanan Teori disusun oleh Fifin Febrianti (NIM : 13.01.0210)

KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian    :
Jam                              :
No. Reg                       :
 Oleh                            :
I.    PENGKAJIAN
      Data Subyektif
1.   Identitas
Nama            : Nama penderita dan suaminya untuk mengenal klien sehingga tidak keliru dengan pasien lain. (Christina, 1993 : 84).
Umur            : Menurut pendapat para ahli kehamilan yang pertama kali sebaiknya 19-35 tahun, dimana otot masih bersifat elastis dan mudah renggang. Tetapi menurut pengalaman, penderita umur 25-35 masih mudah melahirkan. Primi tua dikatakan 35th. (Christina, 1993 : 84).
Agama          : Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan keseharian pasien.
Pendidikan : Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. (Depkes RI, 1995 : 14).
Pekerjaan      :  Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi klien sehingga penjelasan yang diberikan sesuai kondisi klien, juga untuk mengetahui apakah pekerjaannya itu mengganggu kehamilannya atau tidak. (Christina, 1993 : 85).
Suku             : Untuk mengetahui kebudayaan dan kebiasaan tempat tinggal klien yang dapat mempengaruhi kesehatan klien.
Alamat         : Untuk mengetahui klien tinggal dimana sehingga menghindari kekeliruan bila misalnya ada nama yang sama. Diperlukan juga bila akan mengadakan kunjungan rumah. (Christina, 1995 : 84).
2.   Keluhan utama
            Untuk mengetahui keluhan pasien, ketidaknyamanan dan gangguan
3.   Riwayat menstruasi
3.1 Menarche
3.2 Lama haid
3.3 Siklus haid
3.4 Sifat darah
      Menurut FK Unpad, 1987 : 78, darah haid kadang membeku bila banyak.
3.5 Teratur atau tidak
3.6 Desminorhea atau tidak : sebelum, selama, atau sesudah
3.7 HPHT
            Bila siklus haid ± 28 hari dihitung dengan tafsiran dengan rumus Neagle, yaitu tanggal +7, bulan -3, dan tahun +1. (Sarwono, 2006 : 155).
3.8 Flour albus
3.9 Tafsiran persalinan
4.   Riwayat persalinan sekarang
Dikaji untuk mendapat data-data meliputi tanggal persalinan/cara bersalin, jumlah perdarahan, lama persalinan, keadaan placenta, keadaan bayi; mulai BB, PB, APGAR, jenis kelamin.
5.   Riwayat obstetri
Untuk mengetahui sudah berapa kali ibu hamil dan melahirkan serta usia anaknya dan apakan ada riwayat SC, HPP pada kehamilan yang lalu.
6.   Status perkawinan
            Ditanyakan untuk mengetahui berapa lama klien telah menikah
7.   Riwayat kesehatan klien
1.1    Hipertensi
         Hipertensi essensial; TD 140/90-160/100, dan hipertensi ganas; TD sistol >200mmHg.
         (Manuaba, 1998 : 273-274).
1.2    TB1
         Perlu perlindungan dan pengawasan untuk mengurangi bahaya terhadap bayi.
1.3    Diabetes
         Tanda gejala yang mudah dikenali  3p : poliuri, polipagi, polidipsia.
1.4    Jantung
Tanda adanya penyakit jantung berat: bising diastolik, perisaltik, bising jantung, kardiomegali, bising jantung nyaring disertai thrill. (Sarwono, 2005 : 431-432).
1.5    Asma
1.6    Ginjal
         Terjadi bila ada gagal tumbuh, pucat, lidah kering, poliuri, hipertensi, protein urine.
8.   Riwayat penyakit keluarga
-     Hipertensi
-     Ginjal
-     Asma
-     Diabetes
-     Hepatitis
9.   Riwayat KB
          Untuk mengetahui klien selama ini menggunakan KB apa (suntik, pil, IUD).
10. Pola kebiasaan sehari-hari
10.1 Pola nutrisi
Untuk mengetahui apakah pemenuhan nutrisi selama hamil sudah terpenuhi atau belum dibandingkan dengan pola sebelumnya.
10.2 Pola eliminasi
- eliminasi uri : untuk mengetahui frekuensi defekasi ibu, apakan sering atau ada masalah
- eliminasi alvi : untuk mengetahui frekuensi defekasi ibu
10.3 Pola istirahat
Untuk mengetahui frekuensi/ waktu istirahat ibu, apakah cukup/kurang.
10.4 Pola personal higyene
Untuk mengetahui bagaimana ibu bisa menjaga kesehatan.
10.5 Pola psikososial
Untuk mengetahui apakah klien bisa menerima kehadiran bayinya.
10.6 Pola aktifitas
Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan oleh ibu sebelum/setelah MRS.
Data Obyektif
1.            Keadaan umum
   Kesadaran : composmentis/tidak
   TTV : TD        =. . . ( N = 90/60 – 130/90 mmHg )
   N                     =. . . ( N = 60 – 100 x/menit )
   S                      =. . . ( 36 – 37 oC )
   PR                   =. . . ( N = 18 – 24 x/m )
2.            Pemeriksaan fisik
1.1    Inspeksi
1.1.1       Rambut           : rontok/tidak – bersih/kotor
1.1.2       Muka               : oedema/tidak – pucat/tidak
1.1.3       Mata                : konjungtiva merah muda/tidak – sklera putih/tidak
1.1.4       Hidung            : polip/tidak – sumbatan/tidak
1.1.5       Mulut dan gigi : caries/tidak – stomatitis/tidak – epolis/tidak
1.1.6       Leher             : pembesaran kelenjar tiroid, limfe, bendungan vena jugularis ada/tidak
1.1.7       Dada               : simetris/tidak
              Payudara         : colostrum ada/belum, puting menonjol/tidak, hiperpigmentasi ada/tidak, benjolan/tidak, nyeri/tidak.
         1.1.8       Abdomen        : kontraksi, TFU, striae, linea, bekas SC.
1.1.9       Anus                : hemorrhoid/tidak
1.1.10     Ekstremitas Atas    : simetris/tidak, oedema/tidak
                                  Bawah : simetris/tidak, oedema/tidak, varices/tidak.
2.2    Palpasi
2.2.1    Leher         : pembesaran kelenjar tiroid/tidak, pembesaran kelenjar limfe/tidak, bendungan vena jugularis
2.2.2    Payudara        : ada massa/tidak, nyeri tekan/tidak
2.2.3    Abdomen      : TFU, konsistensi

II.  MENGINTERPRETASI DATA
      Diagnosa.
      PAPIAH post partum hari ke ........
      Masalah
Berisi apa yang sedang dialami oleh ibu yang menjadi gangguan kenyamanan. Permasalahan yang dapat terjadi pada wanita pospartum fisiologis :
1.            Cemas       : Ibu merasa takut luka jahitan tersebut akan sobek
         Kebutuhan : Pengawasan involusi dan laktasi
Nutrisi, istirahat, mobilisasi

III. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
      Diagnosa potensial
1.                  Infeksi
Perawatan luka perineum dan vulva higyene bisa mengurangi kemungkinan infeksi.
2.                  Perdarahan
Adanya perdarahan disekitar jahitan karena infeksi atau robekan.
Masalah potensial : tidak ada

IV. MENETAPKAN KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
            Tidak ada

I.     IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Soepardan, 2008;h.100).

II.     IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lainya sesuai dengan kondisi klien, melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawat klinis (Soepardan, 2008;h.100).

III.     INTERVENSI
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2009:143).

IV.     IMPLEMENTASI
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efesien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya (Soepardan, 2008;h.102).

V.     EVALUASI
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan. secar terus menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien (Wildan, 2008 h; 39).
Tanggal        : . . .
Waktu         : . . .
S     : Menilai keadaan yang dirasakan ibu dan hasil pengkajian subyektif
O    : Yang menunjang mengapa diagnosa ditegakkan dari pengkajian obyektif
A     : Diagnosa
P     : Sesuatu yang perlu dikerjakan jika intervensi kurang/ tidak mengatasi masalah

VI. INPLEMENTASI
            Merupakan pelaksanaan yang sesuai dengan planning yang telah dibuat. Bidan dituntut untuk melakukan tindakan kebiasaan secara mandiri, tetapi dalam pelaksanaannya bidan harus melaksanakan kolaborasi. Pelaksanaan asuhan kebidanan selalu diupayakan dalam waktu sesingkat dan seefisien mungkin.

VII.  EVALUASI
            Hasil evaluasi merupakan langkah awal dari langkah identifikasi dan analisa selanjutnya bila diperlukan. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan asuhan lebih lanjut atau sebagai bahan peninjau terhadap langkah di dalam proses manajemen kebidanan, sebelumnya oleh karena tindakan yang dilakukan kurang berhasil.